Senin, 26 November 2012

Bahan ke 9 Peng.Ek.Pembangunan


PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN
( H. Abbas Saleh, SE. MSi )

TEORI PERTUMBUHAN SCHUMPETER
        Joseph Alois Schumpeter pertama kali menyajikan teorinya mengenai pertembuhan ekonomi dalam buku Theory of Economic Development yang diterbitkan  di Jerman pada tahun 1911 (edisi Inggeris tahun 1934) buku ini diteliti kembali dan direvisi tanpa mengadakan perobahan esensiel dan diterbitkan dalam “Business Cycles” (1939) dan Capitalism, Socialism and Democracy”(1942).
          Schumpeter berpangkal dari asumsi mengenai perekonomian yang bersifat persaingan sempurna yang berada dalam keseimbangan stabil. Dalam keadaan stabil seperti itu terjadi keseimbangan persaingan sempurna: tidak ada laba, tingkat bunga, tabungan, investasi daninvoluntary unemployment. Keseimbangan itu dibandingkan dengan apa yang disebut Schumpeter The Circular Flow” yang berlangsung sama terus menerus dari tahun ke tahun seperti seperti peredaran darah dalam organism binatang. Kata  Schumpeter” Arus sirkulasi itu merupakan suatu arus yang bersumber dari tenaga kerja dan tanah, dan mengalir dalam setiap priode ekonomi ke reservoir yang kita sebut pendapatan, dengan tujuan dirubag menjadi pemuas kebutuhan. Arus sirkulasi itu mengalami perubahan spontan dan discontinue gangguan keseimbangan yang untuk selanjutnya merobah dan menggantikan keadaan equilibrium yang terjadi sebelumnya. “Perubahan-perubahan spontan dan discontinue ini dalam kehidupan ekonomi tidak dipaksakan dari luar tetapi timbul melalui mekanismenya sendiri. Dan Nampak dalam bidang kehidupan industry dan komersiel.
          Pembangunan merupakan usaha penciptaan kombinasi-kombina baru berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam keadaan stabil. Kombinasi baru terjadi dalam bentuk innovasi. Dan Innovasi terdiri atas :
1.       Usaha memperkenalkan barang baru.
2.       Memperkenalkan metode produksi baru.
3.       Pembukaan pasar baru.
4.       Pencarian sumber baru untuk persediaan bahan mentah dan atau barang-barang setengah jadi.
5.       Pemunculan organisasi industry yang baru, seperti penciptaan monopoli.
Perananan Innovator, adalah wiraswastawan. Seorang wiraswastawan bukan lah seorang dengan kemampuan managerial biasa melainkan seorang yang memperkenalkan sesuatu yang sama sekali baru. Ia tidak menyiapkan dana tetapi mengerahkan dana itu. Ia didorong oleh :
a.       Kehendak untuk membangun kekuasaan komersial pribadi.
b.      Kemauan untuk mendapatkan dan menonjolkan superrioritasnya.
c.       Keasyikan menciptakan dan mengusahakan terlaksananya sesuatu, atau hanya karena menyalurkan energy dan bakatnya. Sifat dan kegiatannya ditentukan oleh lingkungan social kulturir agar dapat menjalankan fungsinya dalam ekonomi, ia membutuhkan dua hal :
1.       Adanya pengetahuan teknis untuk menghasilkan produk baru.
2.       Kekuatan mengatur factor-faktor produksi dalam bentuk kredit.
Menurut Schumpeter, suatu cadangan pengetahuan teknis yang belum disadap(untapped) harus ada untuk dapat digunakan. Karena itu kredit sangat penting untuk memulai pembangunan. Sebagai kesimpulan, tingkat pembangunan suatu perekonomian merupakan fungsi perobahan persediaan pengetahuan teknis yang dipakai dalam masyarakat. Tingkat penyempurnaan teknik-teknik produksi tergantung pada tingkat kewiraswastaan yang diatus oleh besarnya keperluan akan wiraswastawan-wiraswastawan baru daan penciptaan kredit.
Analisis Schumpeter dan Negara-negara Berkembang.
            Teori-teori Schumpeter harus dimasukkan dalam urutan karya utama, seperti ahli ekonomi terkenal lainnya. Smith,n Ricardo, Mill Marx, Marshall dan Keynes. Tidak diragukan lagi karya itu penuh dengan penilaian dan pemahaman beriliant dari seseorang teoritikus yang besar. Namun aplikasinya bagi Negara berkembang terbatas.
1.       Susunan Sosio ekonomi yang berbeda. Teori Schumpeter berhubungan dengan sosio ekonomi tertentu yang berlangsung di Eropah Barat dan Amerika pada abad 18 dan 19, dalam priode itu beberapa prasyarat pertumbuhan sudah terjadi dalam Negara berkembang, keadaan-keadaan sosio ekonomi sama sekali berbeda dan prasyarat bagi pembangunan dalam bentuk economic  and social overheads belum ada.
2.       Kekurangan Kewiraswastaan. Analisa Schumpeter berdasar pada eksistensi golongan  kewira swastaan. Tetapi dalam Negara-negara berkembang kewiraswastaan yang tepat itu kurang. Dalam perekonomian seperti itu, laba yang diharapkan rendah dan keadaan teknologi rendah yang tidak mendorong investasi innovasionil dalam pabrik dan perlengkapan yang baru. Apalagi kekurangan kekuatan yang tepat, pengangkutan, tenaga trampil dan sebagainya, tidak merangcang kegiatan kewiraswastaan.
3.       Tidak dapat diterapkan pada Negara sosialis. Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada mayoritas Negara berkembang yang mempunyai ideology misalnya, penggunaan ukuran-ukuran social dan pajak pendapatan progresif yang tinggi berlawanan dengan pengembangan golongan wiraswastawan, karena mereka akan mengurangi laba.
4.       Tidak dapat diterapkan dalam ekonomi campuran. Innovator dari Schumpeter adalah wiraswastawan yang tidak cocok diterapkan dalam ekonomi campuran. Dalam sebuah Negara yang sedang berkembang, pemerintah adalah entrepreneur penggerak pembangunan datangnya dari sector pemerintah dan semi pemerintah. Jadi Schumpeter’s innovator mempunyai peranan yang terbatas di Negara-negara yang sedang berkembang.
5.       Perubahan-perubahan institusionil dan bukan innovasi yang diperlukan. Untuk memulai proses pembangunan dan membuatnya self sustaining bukan hanya innovasi melainkannya kombinasi beberapa factor seperti struktur organisasi, peraktek bisnis, tenaga trampil dan nilai-nilai tepat sikap dan motivasi-motivasi.
6.       Assimilasi innovasi. Menurut Henry Wallich,, proses pembangunan di Negara yang sedang berkembang didasarkan bukan pada inovasi melainkan pada assimilasi innovasi yang ada. Karena para wiraswastawan di Negara-negara berkembang tidak berada dalam posisi untuk mengadakan innovasi agaknya, mereka mengambil alih innovasi yang terjadi dinegara-negara maju.
7.       Mengabaikan Konsumsi. Proses Schumpeterian bersifat production oriented sedangkan proses pembangunan merupakan concumtion oriented. Penilaian ini berdasarkan trent yang sedang berlaku kea rah the welfare state dimana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.
8.       Mengabaikan Tabungan. Tekanan eksklusif pada kredit bank mengabaikan peranan tabungan riil dalam investasi. Tekanan itu mengurangi pula pentingnya difisit financing, budgetary saving, public credit, dan ukuran-ukuran fiscal lain dalam pembangunan ekonomi.
9.       Mengabaikan pengaruh-pengaruh Extern. Menurut Schumpeter, pembangunan merupakan hasil perubahan-perubahan yang timbul dari dalam perekonomian. Tetapi dalam Negara berkembang perubahan-perubahan tidak ditimbulkan oleh factor intern perekonomian, melainkan lebih ditentukan oleh penngaruh ide-ide, teknologi dan capital yang didatangkan dari luar. Teknologi yang terbelakang, kemampuan menabung yang rendah, lembaga-lembaga politis ekonomi dan social yang ketinggalan jaman tidak mampu mendorong pembangunan dari dalam.
10.   Mengabaikan pengaruh pertambahan penduduk dan kekayaan. Apalagi Schumpeter tidak mempertimbangkan pengaruh pertambahan penduduk dan kekayaan atas pembangunan ekonomi suatu Negara. Tingkat pertambahan penduduk yang tinggi akan merendahkan tingkat pertumbuhan ekonomi Negara berkembang, sedangkan penemuan-penemuan sumber-sumber baru kekuayaan alam atau penggunaan kekayaan itu secara lebih baik akan mempercepat derap pembangunan.
PERBANDINGAN ANTARA TEORI PERTUMBUHAN KLASIK  DAN NEO KLASIK
       Dalam sejarah pemikiran ekonomi penulis-penulis ekonomi diantara bahagian kedua abad 18 dan permulaan abad keduapuluh ini lazim digolongkan sebagai kaum Klasik.
Kaum Klasik, merupakan ahli-ahli ekonomi yang mengemukakan analisanya sebelum tahun 1870, yaitu Adam Smit, David Ricardo, Robert Malthus dan John Stuart Mill.
Kaum Neo Klasik antra lain adalah Alfred Marshall, Leon Walras dan Knut Wicksel, Teori tersebut baru mulai dikemukakan pada tahun 1950-an, jadi hampir bersamaan dengan berkembangnya perhatian ahli-ahli ekonomi terhadap masalah-maslah pembangunan di Negara-negara berkembang. Teori pertumbuhan yang utama yang sudah dikemukakan pada masa sebelumnya adalah teori pertumbuhan ahli-ahli ekonomi klasik, teori Schumpeter mengenai pembangunan ekonomi dan teori Harrod-Domar.
1.       Teori Pertumbuhan Klasik, diambil dasar dari Teori Pertumbuhan Adam Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistimatis, agar inti dari proses pertumbuhan ekonomi mudah dipahami, maka dibedakan dua aspek utama yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk.
2.       Teori Pertumbuhan Neo-Klasik, berkembang berdasarkan analisis-analisis mengenai panadangan ekonomi klasik, menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penyediaan factor-faktor produksi(penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknilogi. Pandangan ini didasarkan kepada anggapan yang mendasari analsis klasik, yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata lain sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung pada pertambahan penduduk, akumulasi capital dan kemajuan teknologi.
             
      Selain dari pada itu dalam memberikan perbandingan antara  Teori pertumbuhan klasik dengan neo-klasik. Pemikiran kaum klasik bahwa perekonomian secara makro akan tumbuh dan berkembang apabila perekonomian diserahkan kepada pasar. Sedangkan kaum neo klasik merupakan oposisi dari pemikiran Keynes. Salah satu pemikiran neo-klasik adalah Washinton consensus, peran pemerintah dibatasi dengan mengasumsikan bahwa ada tangan yang terlihat (invisible hand) menrut Adam Smith yang mengatur ekonomi. Inti dari teori ekonomi klasik adalah kemakmuran dapat dicapai bila pasar dibiarkan berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri, tanpa campur tangan pemerintah. Tentunya segala macam teori yang mendukung adanya campur tangan pemerintah terhadap pasar akan bertentangan dengan pandangan klasik.
       Teori pertumbuhan Neo-klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda yaitu dari segi penawaran. Dimana factor-faktor produksi yang dianggap sangat berpengaruh terhadap penambahan output adalah tenaga kerja dan modalkerja. Salah satu perbedaannya adalah peran pemerintah dalam pembangunan, ajaran klasik menyakini bahwa peran pemerintah dalam perekonomian harus dibatasi, pemerintah berperan dalam penyediaan infrastruktur dan penjamin keamanan, sebaliknya Keynes berpendapat ekonomi harus di dorong oleh Pemerintah.

KRITIK KUZNETS TERHADAP TEORI ROSTOW
      Banyak kritik telah dikemukakan terhadap teori Rostow. Salah satu pengkritiknya yang utama adalah Kuznets. Dengan menunjukkan beberapa sifat-sifat yang diperlukan agar sesuatu teori tahap-tahap pertumbuhan  ada manfaatnya. Kuznets menunjukkan bahwa teori Rostow hanya memiliki sebahagian kecil saja dari sifat-sifat tersebut. Menurut Kuznets, teori mengenai tahap-tahap pertumbuhan ekonomi perlu ditanggapi dengan serius hanya apabila dipenhi beberapa syarat berikut : Setiap tahap harus merupakan tahap yang mempunyai cirri-ciri yang secara empiris dapat diselidiki kebenarannya; cirri-ciri dari setiap tahap harus cukup nyata bedanya dengan tahap lainnya; hubungan analisis dengan tahap sebelumnya harus dijelaskan yaitu bentuk-bentuk proses yang akan berlaku untuk mengakhiri sesuatu tahap tertentu dan menyebabkan terciptanya tahap selanjutnya harus ditunjukkan; hubungan analisis dengan tahap berikutnya juga harus dijelaskan dan ruang lingkup(universe) dalam mana teori tersebut berlaku harus dengan tegas dinyatakan.
      Menurut Kuznets, Perbedaan diantara berbagai tahap dalam teori Rostow sangat kabur. Tahap prasyarat untuk mencapai lepas landas dan tahap lepas landas sangat sukar dibedakan karena beberapa cirri-ciri yang dinyatakan terdapat dalam tahap lepas landas sudah berlaku pada tahap sebelumnya.Rostow menyatakan bahwa perkembangan dan kenaikan produktivitas sector pertanian dan perkembangan prasarana akan berlaku pada tahap prasyarat untuk lepasa landas. Hah ini hanya mungkin berlaku apabila tingkat penanaman modal meningkat dengan cepat yang dinyatakan oleh Rostow sebagai salah satu cirri penting pada tahap lepas landas sudah berlaku pada masa sebelmnya.
     Kuznets juga mengkritik kegagalan Rostow dalam menyatakan ruang lingkup di dalam mana teorinya berlaku yaitu dalam masyarakat yang bagaiman teorinya berlaku. Walaupun tidak dinyatakan sebenarnya hal ini tidak sukar untuk diterka. Dengan mudah dapat disimpulkan dari analisas Rostow bahwa walaupun teoorinya tersebut disasarkan kepada pembangunan yang berlaku dinegara-negara maju, teori tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan tahap-tahap pembangunan ekonomi yang akan dilalui oleh Negara-negara berkembang. Aspek yang lebih penting dari kritik Kuznets terhadap teori Rostow adalah mengenai terbatasnya cirri-ciri dari teori tersebut yang dapat diselidiki kebenarannya secara empiris. Menurut Kuznets sebagaian besar dari cici-ciiri dalam setiap tahap pertumbuhan ekonomi yang dinyatakan oleh Rostow tidak mudah untuk diuji secara empiris, dan untuk yang dapat diselidiki, kenyataan yang diperoleh sangat berbeda dengan yang digambarkan oleh Rostow. Dalam tahap lepas landas, satu-satunya cirri yang dapat diuji secara empiris adalah kenaikan tingkat penanaman modal dari 5 % menjadi 10 persen. Data tingkat penanaman modal dibeberapa Negara barat pada waktu mereka mencapai tahap lepas landas menunjukkan bahwa tingkat penanaman modal tidak mengalami pertumbuhan selaju seperti yang digambarkan oleh Rostow, yaitu tingkatnya meningkat menjadi 2(dua) kali lipat sepanjang masa lepas landas.

===========================
  Doa Penutup Majelis Ilmu(Kuliah)
سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنِتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

SUBHANAKALLAHUMMA WA-BHIHAMDIKA, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA-ATUUBU ILAIK
[Maha suci Engkau, Ya Allah. Dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu], melainkan diampuni baginya dosa yang terjadi di majlis itu."(HR. at-Tirmidzi) 

Senin, 12 November 2012

Bahan ke 8 Peng.Ek.Pembangunan


G. Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan
( Dosen H. Abbas Saleh, SE.MSi )

            Dalam dasawarsa 1970 an diawali oleh perdebatan sengit antara kelompok “Growth” dan kelompok “Equity” yang terakhir ini memperlihatkan kekecewaan yang bermunculan akibat pembangunan yang terlalu GNP-oriented, Ternyata dalam pertumbuhan ekonomi sendiri tidak memberi pemecahan mengenai masalah kemiskinan di Negara-negara sedang berkembang, justru memperlebar jurang perbedaan antara yang kaya dan miskin. Dan timbullah konsep Garis Kemiskinan(Poverty line) yang menunjukkan batas terendah untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia. Mereka dikatakan beradah di bawah garis kemiskinan(absolute poverty) apabila pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok, seperti sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kemudian karena biaya hidup di daerah kota dan di pedesaan berbeda demikian juga antara kelompok-kelompok masyarakat di dalamnya, maka oleh bank Dunia dipakai sebagai ukuran dalam menetapkan garis kemiskinan adalah nilai US $ 50 perkapita setahun untuk tingkat pedesaan dan US $75 perkapita setahun untuk tingkat pendapatan di kota pada keadaan hartga 1971.
Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi.
           Rostow, mencetuskan teori pertumbuhan ekonomi yang pada permulaannya dikemukakan sebagai suatu artikel dalam Economic Journal yang kemudian dijadikan buku yangb berjudul “The Stages Of Economic Growth”, menurut Rostow proses pembangunan ekonomi dapat dibedakan dalam 5(lima) tahap yaitu :
1.      Masyarakat tradisional ( the traditional society)
2.      Prasyarat untuk lepas landas ( the precondition for take-off)
3.      Lepas ladas (the take off)
4.      Gerakan kearah kedewasaan (the drive to maturity)
5.      Masa konsumsi tinggi(the age of hight maas consumption)
Analisas Rostow menitik beratkan kepada pembahasan yang didasarkan kepada pandangan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai akibat timbulnya perubahan yang fundamental yang terjadi dalam kegiatan ekonomi maupun dalam kehidupan politik dan hubungan social dalam suatu masyarakat.
            Teori Lewis, menganggap bahwa di banyak Negara berkembang terdapat tenaga kerja yang belebihan, tetapi terdapat kekurangan modal. Dengan adanya tenaga yang berlebihan tersebut maka walaupun dari sebagian tenaga kerja itu dipindahkan ke sektor lain, tidak akan berakibat menurunnya produksi. Analisis Lewis dapat dibedakan dalam tiga aspek :
1.      Analisa tentang corak proses pertumbuhan
2.      Analisasa tentang faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi bertambah tinggi.
3.      Analisa tentang faktor-faktor yang menyebabkan porses pembangunan tidak berlaku seperti apa yang digambarkan(coraknya berubah).
Dalam analisanya Lewis menggunakan pandangan yang dikemukakan oleh teori klasik:
1.      Para pengusaha selalu mencari keuntungan yang maksimum.
2.      Pandangang tersebut poin 1, akan mencapai apabila tingkat upah sama besarnya dengan tingkat produksi batas(marginal product).
3.      Penawaran tenaga kerja lebih besar dari pada yang diperlukan(tingkat upah tidak akan mengalami perubahan).
Teori Pertumbuhan Ekonomi Ranis & Fei adalah sama dengan teori Lewis. Teori Ranis&Fei adalah teori pembangunan yang dimaksudkan untuk Negara-negara berkembang, yang disatu pihak menghadapi masalah kelebihan jumlah penduduk sehingga menghadapi masalah pengangguran yang serius dan dilain pihak kekayaan alam yang tersedia yang dapat dikembangkan adalah terbatas. Sedangkan analisa Ranis & Fei sifatnya lebih seimbang dan bahkan dapat terjadi di sektor pertanian, Secara keseluruhan analisa Rani&Fei lebih lebih mendalam dari pada analisa Lewis. Model pembangunan ekonomi Ranis&Fei bukan saja secara lebih terperincih menunjukkan pengaruh dari perubahan dari perubahan produktivitas tenaga di sektor Kapitalis, akan tetapi juga menunjukkan akibat kemajuan tingkat produktivitas disektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi yang akan terjadi.
         Ranis&Fei juga menunjukkan pengaruh pertambahan penduduk terhadap proses pembangunan yang akan berlaku, pengaruh sistim pasar terhadap interaksi di antara sektor pertanian dan industry, dan jangka masa(life eyele) dari berlakunya proses pembangunan untuk mencapai tarap Negara industry. Teori pembangunan ekonomi Kaum Klassik dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
1.      Tingkat perkembangan suatu masyarakat sangat tergantung dari : (a). Jumlah penduduk, (b). Jumlah stock alat-alat modal. (c). Luas tanah, (d). Tingkat teknologi.
2.      Pendapatan nasional suatu masyarakat dibedakan menjadi “ Upah, Keuntungan Pengusaha dan Sewa Tanah”
3.      Kenaikan upah akan menyebabkan pertambahan penduduk.
4.      Pembentukan modal ditentukan oleh tingkat keuntungan.
5.      Hukum hasil lebih yang makin berkurang berlaku untuk segala kegiatan ekonomi.
Ahli-ahli ekonomi Klasik terutama hendak menganalisa sebab-sebab dari pertambahan pendapatan nasional jangka panjang dan proses yang mengakibatkan bertambahnya pendapatan nasional. Dari para ahli yaitu :
I.                    Adam Smith. Menurut beliau untuk terjadinya/berlangsungnya perkembangan ekonomi diperlukan adanya spesialisasi atau pembagian kerja(division of labour), sehingga dengan demikian produktivitas tenaga kerja akan bertambah.
II.                  David Ricardo, menganggap bahwa sektor pertanian merupakan suatu sektor perekonomian yang paling penting. Sukarnya menyediakan makanan bagi penduduk yang selalu bertambah merupakan persoalan pokok dalam sistimnya John Stuart Mill, tidak menghargai peranan kemajuan teknologi dalam memperbesar produktivitas di sektor pertanian. Menurut Ricardo, dalam masyarakat ekonomi terdapat tiga pelaku yaitu (1).Kaum Kapitalis, (2). Kaum pekerja dan (3).Tuan Tanah, Kaum Kapitalis mempunyai dua fungsi penting.
1.      Terus menerus mencari kemngkinan yang paling menguntungkan bagi kapitalnya. Sehingga dia berusaha untuk mengalokasikan sumber-sumber yang efesien pada suatu waktu tertentu.
2.      Kaum kapitalis memulai proses perkembangan ekonomi (mereka menginvestasikan kembali laba yang diperoleh).
Sesuai dengan golongan yang di dalam masyarakat, Ricardo membagi “Pendapatan Nasional, menjadi 3(tiga) bagian yaitu (1).Upah, (2).Sewa dan(3) Keuntungan., Analisa selanjutnya membahas mengenai bagian manakah yang paling besar sumbangannya terhadap pendapatan nasional atau perkembangan ekonomi. Ricardo membedakan antara penerimaan(revenue) bruto dan netto. Penerimaan beruto adalah nilai pasar dari barang-barang akhir yang dihasilkan selama suatu priode waktu tertentu. Pendapatan netto adalah penerimaan bruto dikurangi dengan nilai barang-barang yang diperlukan untuk mempertahankan tenaga buruh yang menghasilkan output.
III.                Karl Marx, yang memegang peranan penting dalam proses perkembangan ekonomi adalah “nilai lebih” (surplus value). Kelebihan ini dimiliki oleh kapitalis dalam bentuk keuntungan bersih, bunga dan sewa. Nilai lebih ini dapat diperoleh dengan menaikkan produktivitas buruh, yaitu dengan mengubah tekhik produksi. Perbaikan teknik akan memperbesar jumlah output yang dihasilkan oleh sejumlah buruh, jadi technological progress merupakan faktor penting sekali bagi perkembangan. Dengan teknik yang lebih baik keuntungan dapat meningkatkan, kemudian diinvestasikan. Tetapi hal ini tidak mungkin berjalan secara terus menerus secara otomatis, sehingga perkembangan ekonomi kapitalis akan macet dan bahkan mengalami kehancuran.
IV.                Ahli-Ahli Ekonomi Neo-Klasik, para ahli Neo-Klasik beranggapan bahwa dengan suatu keadaan teknologi tertentu, produktivitas marginal dari capital berkurang dengan terjadinya akumulasi capital semacam ini. Tingkat bunga, tingkat pendapatan menentukan tingkat tabungan.
        Pengertian yang lebih lengkap tentang pemikiran Neo-Klasik dapat diperoleh dengan membahas tiga gagasan yang saling berhubungan dalam pandangan mereka.
1.      Mereka menganggap pembangunan itu sebagai suatu proses yang berangsur-angsur(gradual), yang terus-menerus(continue) <Alfres Marshall>
2.      Mereka menekankan sifat selaras(harmonius) dan komulatif dari prose situ.
3.      Mereka pada umumnya optimis terhadap kamungkinan adanya kemajuan ekonomi yang terus menerus. Optimism itu didasarkan atas dua faktor penting yaitu(a). Keyakinan bahwa kemajuan teknologi yang berjalan terus akan selalu membuka prospek-prospek investasi baru yang sangat menguntungkan. (b). Mereka menduga bahwa setiap penurunan kecil dalam tingkat bunga akan membuat jumlah besar prospek investasi menjadi menguntungkan.
Analisis mereka mengenai produksi digandengkan dengan suatu konsep yang di introduksi oleh Marshall, yaitu external economiec. Dengan istilah internal dan external economies. Marshal membedakan antara keuntungan-keuntungan economiec yang timbul karena bertambahnya skala produksi yang tergantung pada sumber-sumber dan efesiensi masing-masing badan usaha(firm) dan keuntungan-keuntungan yang tergantung pada perkembangan umum dari industry badan usaha itu sendiri atau industry-industri lainnya  yang menjadi sumber dari bahan-bahan yang dibutuhkan.
         Internal economiec adalah keuntunngan yang timbul karena diintroduksinya mesin-mesin yang lebih kompleks, bertambah baiknya organisasi kegiatan-kegiatan pemasaran (marketing) dan penelitian, bertambah luasnya spesialisasi tenaga kerja dan manajemen dan sebagainya, dengan bertambahnya skala pekerjaan sesuai badan usaha, menurut Marshall external economiec tergantung pada keseluruhan volume produksi yang ada disekitarnya. External economiec juga timbul karena perkembangan dari cabang-cabang industry yang saling berhubungan yang satu sama lain saling membantu mungkin karena dipusatkan dalam tempat-tempat yang sama.
       Jadi Marshall menitik beratkan sifat saling tergantung(independent) dan sifat saling melengkapi(complementary) dari perekonomian. Dengan berkembangnya suatu industry disuatu daerah, maka hali ini menarik tenaga-tenaga yang terlatih baik. Tingkat kemajuan teknologi dalam industry itu bertambah karena adanya kesempatan-kesempatan yang lebih baik untuk saling menukar pengetahuan. Perkembangan itu juga mendorong pertumbuhan lain-lain industry untuk mengerjakan hasil-hasil sampingan (by products), untuk mensupplier alat-alat dan untuk memberikan fasilitas-fasilitas bagi pengangkutan dan komunikasi yang dibutuhkan. Akibat-akibat yang memantul(repercussions) yang beraneka ragam minimal memperbaiki prospek-prospek laba bagi badan-badan usaha yang ada dalam industry tadi dan mendorong pekembangan lebih lanjut yang juga mempunyai akibat-akibat expansioner yang lebih lanjut lagi terhadap sektor-sektor lainnya.    
===================
  Doa Penutup Majelis Ilmu(Kuliah)
سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنِتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
SUBHANAKALLAHUMMA WA-BHIHAMDIKA, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA-ATUUBU ILAIK
[Maha suci Engkau, Ya Allah. Dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu], melainkan diampuni baginya dosa yang terjadi di majlis itu."(HR. at-Tirmidzi) 

Minggu, 04 November 2012

Bahan ke 7 Peng.Ek.Pembangunan


MASALAH-MASALAH PEMBANGUNAN
( Dosen H. Abbas Saleh, SE.MS,i )
1.      Kemiskinan
        Negara-negara berkembang telah jatuh ke dalam lingkaran setan kemiskinan, Nurkse mengatakan : menempatkan suatu Negara miskin terus menerus dalam suasana kemiskinan, misalnya simiskin mungkin tidak cukup makan, karena kurang makan, maka kesehatannya menjadi lemah, kelemahan fisiknya menyebabkan bahwa ia tidak cukup makan lagi, dan seterusnya.
       Dasar lingkaran setan ini berasal dari fakta bahwa di dalam Negara-negara berkembang produktivitas total adalah rendah karena kekurangan modal, ketidak sempurnaan pasar, keterbelakangan ekonomi. Produktivitas yang rendah terlihat dalam rendahnya pendapatan rill, Tingkat pendapatan rill yang rendah berarti tingkat seving rendah, mengakibatkan tingkat investasi yang rendah dan  kekuarangan modal. Dan sebaliknya kekurangan modal menyebabkan tingkat produktivitas yang rendah dengan demikian lengkaplah sudah lingkaran setan itu dari segi supply.
         Lingkaran setan lain menguatkan dan berjalan bersama dengan lingkaran setan diatas, dari segi demand lingkaran itu adalah sebagai berikut : Tingkat pendapatan rill yang rendah mengakibatkan rendahnya permintaan dan sebaliknya menyebabkan rendahnya tingkat investasi dan karena itu menimbulkan lagi kekuarangan modal dan produktivitas rendah.
       Lingkaran setan yang ketiga terdapat dalam keterbelakangan sumber-sumber alam dan manusia. Penyumbangan sumber alam tergantung pada kapasitas produkstif rakyat Negara itu, jika penduduk terkebelakang dan buta huruf, sehingga tidak memiliki keterampilan teknis, pengetahuan dan kewiraswastaan, maka sumber alam tetap tidak dimanfaatkan/kurang dimanfaatkan, sebaliknya secara ekonomis terkebelakang karena sumber-sumber alam tidak dikembangkan, karena sumber-sumber alam tidak dikembangkan, karena sumber alam tidak/kurang dikembangkan merupakan hal kurang baik sebagai konsekwensi maupun sebab dari rakyat yang terkebelakang.
      Jadi kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi adalah sama sebuah Negara adalah miskin karena Negara itu terkebelakang. Sebah Negara terkebelakang karena Negara itu miskin dan tetap terkebelakang, karena Negara itu memiliki sumber yang terkutuk tetapi kutukan yang lebih pedas adalah bahwa kemiskinan bersifat kekal. Dalam memperoleh gambaran secara garis besar atas masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan di Negara-negara berkembang. Kita telah memahami bahwa perpaduan tingkat pendapatan perkapita yang rendah dan distribusi yang sangat tidak merata akan menghasilkan kemiskinan absolute, pemahaman terhadap kadar dan jangkauan distribusi pendapatan merupakan landasan dasar bagi setiap analisis masalah kemiskinan di Negara-negara yang berpendapatan rendah.
       Salah satu generaliasi(anggapan sederhana) yang paling sahih mengenai penduduk miskin adalah bahwasanya mereka pada umumnya bertempat tinggal di daerah pedesaan, dengan mata pencaharian pokok di bidang pertanian dan kegiatan-kegiatan lainnya yang erat hubungan dengan sektor tradisional tersebut, sebagai contoh telah diketahui bahwa sekitar dua pertiga penduduk miskin di Negara-negara berkembang masih menggantungkan hidup mereka dari pola pertanian yang subsisten, baik sebagai petani kecil atau buruh tani yang berpenghasilan rendah, selanjutnya sepertiga penduduk miskin lainnya kebayakan juga tinggal di pedesaan dan mereka semata-mata mengandalkan hidupnya dari usaha-usaha jasa kecil-kecilan dan sebagaian kampung kumuh dipusat kota dengan berbagai macam mata pencaharian rendah seperti penyapu jalan, pedagang asongan, kuli kasar dll. Dapat disimpulkan bahwa Negara Afrika dan Asia sekitar 80% hingga 90% kelompok miskin bertempat tinggal di pedesaan, sedangkan di Amerika latin mencapai 50%. Untuk itu kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mengurangi kemiskinan harus diarahkan langsung kepada pembangunan desa pada umumnya dan sektor-sektor pertanian pada umumnya. Bukan tercurah ke daerah-daerah perkotaan dan berbagai sektor ekonominya yakni sektor industry modern dan komersial lainnya.
2.      Distrubusi Pendapatan
        Badan Riset dan Bank Dunia dan Institute of Development Studies dari Universitas Sussex telah mengadakan usaha bersama untuk mengadakan serentetan analisa mengenai distribusi pendapatan dalam pembangunan ekonomi Negara-negara berkembang. Di antara analisa tersebut adalah Analisa Ahluwalia yang memberikan gambaran mengenai keadaan distribusi pendapatan. Di beberapa Negara pada beberapa tahun dan pengaruh pembangunan ekonomi terhadap distribusi pendapatan berikut ini diringkaskan hasil-hasil dan studi tersebut.
        Mengenai keadaan distribusi pendapatan di beberapa Negara, analisanya memberikan gambaran mengenai distribusi pendapatan relative maupun distribusi pendapatan mutlak. Yang dimaksud dengan distribusi pendapatan relative adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan. Dan penggolongan ini didasarkan kepada besarnya pendapatan yang mereka terima. Sedangkan distribusi pendapatan mutlak adalah persentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari padanya.
       Untuk menggambarkan distribusi pendapatan relative di beberapa Negara, Ahluwalia menggolongkan penerima-penerima pendapatan dalam tiga golongan yaitu 40 persen penduduk yang menerima pendapatan paling rendah, 40 persen penduduk pendapatan menengah dan 20 persen penduduk berpendapatan paling tinggi. Sebenarnya di beberapa Negara berkembang distribusi pendapatan penduduknya tidak seburuk seperti yang dinyatakan diatas. Dengan membedakan Negara-neghara berkembang menjadi dua golongan yaitu golongan yang distribusi pendapatannya lebih merata dan golongan yang distribusi pendapatannya sangat tidak merata, maka ternyata bahwa gambaran mengenai  distribusi pendapatan di Negara-negara ini sangat berbeda sekali dengan yang dinyatakan diatas. Penyelidikan Ahluwalia menunjukkan bahwa di segolongan Negara-negara berkembang 40 persen penduduk yang berpendapatan paling rendah 18 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Dan sebaliknya di segolongan Negara lainnya 40 persen penduduk dengan pendapatan terendah menerima 9 persen dari keseluruhan pendapatan masyarakat. Jadi ternyata di antara Negara-negara berkembang terdapat Negara-negara yang distribusi pendapatannya lebih baik pada distribusi pendapatan rata-rata di Negara-negara maju. Akan tetapi sebaliknya pula terdapat Negara-negara berkembang yang masalah ketidak merataan pendapatan mereka sangat serius.
3.      Pengangguran
        Dalam pembangunan ekonomi Negara-negara berkembang, pengangguran yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan di Negara-negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi ekonomi tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat dari pada pertambahan penduduk oleh karenanya masalah pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin bertambah serius. Walaupun para ahli ekonomi telah menyadari bahwa masalah pengangguran di Negara-negara miskin  keadaan semakin memburuk.
           Pengangguran-pengangguran tersebar diberbagai daerah yaitu mereka terdapat di daerah-daerah urban maupun di daerah pedesaan. Di daerah-daerah pedesaan pengguran yang terjadi biasanya dibedakan dalam dua pengertian: pengangguran tersembunyi dan pengangguran musiman. Pengangguran tersembunyi biasanya diartikan sebagai golongan tenaga kerja yang produktivitasnya batasnya adalah nol atau negative, sehingga walaupun mereka berkerja usaha mereka tersebut tidak akan menaikkan produksi. Sedangkan pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu yaitu  pada bulan-bulan di mana kegiatan pertanian atau kegiatan produksi lainnya di daerah pedesaan lebih sedikit dilakukan dibandingkan dengan pada masa-masa lainnya
4.      Bantuan Luar Negeri.
          Aliran modal luar negeri dinamakan bantuan luar negeri apabila ia mempunyai dua ciri-ciri berikut: pertama ia merupakan aliran modal yang bukan di dorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan dan kedua dana tersebut diberikan kepada Negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat-syarat yang lebih ringan dari pada yang berlaku dalam pasar internasional. Berdasarkan dari dua ciri tersebut, aliran modal dari luar negeri yang tergolong sebagai bantuan luar negeri adalah pemberian(grant) dan pinjaman luar negeri(loan) yang diberikan oleh pemerintah Negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus di bentuk untuk memberikan pinjaman semacam ini, seperti Bank Dunia. Bank Pinjaman Pembangunan Asia dan sebagainya Aliran modal dari luar negeri lainnya yaitu pinjaman dari perusahaan-perusahaan swasta dan badan-badan keuangan swasta dan penanaman modal asing tidaklah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bantuan luar negeri.
        Pemberian merupakan suatu bantuan penuh dari Negara donor kepada Negara penerima. Karena Negara penerima tidak diwajibkan untuk membayar kembali atau melakukan balas jasa lain sebagai imbalan kepada pemberian tersebut. Sedangkan pinjaman luar negeri yang berasal dari pemerintah dan badan-badan internasional yang dijelaskan diatas bukanlah bantuan penuh karena Negara penerima mempunyai kewajiban untuk membayar kembali dan membayar bunga atas pinjaman tersebut. Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman Luar negeri terkandung kepada syarat-syarat pembayaran kembali dari bantuan tersebut, yaitu tergantung kepada tenggang waktu(grace priod) dan tingkat bunga dari bantuan yang diberikan. Unsur bantuan yang terkandung dalam suatu pinjaman luar negeri bertambah tinggi dan ia dinamakan sebagai pinjaman bersyarat ringan(soft loan) apabila tenggan waktu bertambah lama, jangka waktu pembayaran kembali bertambah panjang dan tingkat bunganya bertambah rendah. Apabila syarat-syarat tersebut adalah sebaliknya yaitu tenggang waktu dan jangka masa pembayaran kembali adalah relative singkat dan bunga relative tinggi, maka pinjaman luar negeri itu tergolong sebagai pinjaman bersyarat berat(hard loan).
       Bentuk syarat-syarat bantuan yang diberikan kepada suatu Negara berkembang tergantung kepada faktor-faktor ekonomi maupun politik, seperti tingkat pendapatan perkapita, tingkat pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, tingkat perkembangan perdagangan luar negeri dari Negara-negara pemberi dan penerima bantuan, jenis bantuan. Oleh karenanya sesuatu Negara donor pada umumnya memberikan syarat-syarat yang berbeda kepada setiap Negara. Walaupun demikian secara umum dapatlah dikatakan bahwa semakin miskin sesuatu Negara dan semakin rumit masalah pembangunan yang dihadapi, semakin ringan syarat-syarat bantuan yang diberikan padanya.
5.      Penanaman Modal Asing.
     Dari uraian-uraian terdahulu telah dapat disimpulkan bahwa masalah kekurangan dana untuk pembentukan modal bukan saja dihadapi oleh sektor pemerintah tetapi juga oleh sektor sewasta. Di Negara-negara berkembang kegiatan ekonomi yang dapat diusahakan oleh pihak swasta masih mempunyai kemungkinan untuk berkembang lebih laju lagi apabila tersedia lebih banyak modal dan terdapat kemampuan untuk menggunakan tambahan modal itu secara lebih efektif. Seperti juga dengan yang berlaku disektor pemerintah. Masalah tersebut dapat diatasi dengan memasukkan modal dari luar negeri, terutama dari Negara-negara maju. Walaupun mempunyai peranan yang sama seperti bantuan luar negeri yang diterima oleh sektor pemerintah, modal luar negeri digunakan untuk mengisi kekurangan modal di sektor swasta tidak boleh digolongkan sebagai bantuan luar negeri, ini disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman modal asing adalah sama dengan yang berlaku di pasar internasional. Apabila modal tersebut berupa pinjaman maka tingkat bunganya adalah tidak berbeda dengan yang berlaku di pasar internasiona. Dan apabila modal tersebut berupa penanaman modal, maka keuntungan yang akan diperoleh adalah bebas untuk dikirim kembali ke Negara-negara asal modal tersebut, yaitu sesuai dengan cara pembayaran keuntungan yang pada umumnya dilakukan atas penanaman modal asing di Negara-negara maju. Berdasarkan kepada hal ini dapatlah dikatakan bahwa pada umumnya pihak swasta dinegara-negara maju meminjamkan dan menanaman modalnya ke Negara-negara berkembang bukan atas dasar keinginan untuk memberi bantuan tetapi untuk memperoleh keuntungan dari padanya. Oleh karena aliran modal tersebut, walaupun membantu Negara-negara berkembang mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing berarti memegang peranan yang sama seperti bantuan luar negeri, tidak dapat dipandang sebagai bantuan luar negeri. Berdasarkan kepada sifat-sifatnya, modal asing swasta yang mengalir dari Negara-negara maju ke Negara-negara berkembang dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu Penanaman modal langsung(direct foreign investment), Penanaman modal portofolio(portofolio investment) dan Pinjaman eksport(export credit).

6.      Pemerataan Pembangunan
        Pembangunan Ekonomi Indonesia pada era Orde Baru, sebagai suatu kebijaksanaan pemerintah pada saat itu, untuk mencapai pemerataan pembangunan ekonomi Indonesia, ditetapkan langkah-langkah dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi menurut jalur-jalur yang disebut “Trilogi Pembangunan” yaitu :
1.      Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya.
2.      Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3.      Terpeliharanya Stabilitas ekonomi yang makin mantap dan dinamis.
    Pemerataan pembanguna dan hasil-hjasilnya diusahakan dalam pencapaian antara lain melalui “Delapan Jalur Pemerataan” yaitu :
1). Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan
     sandang dan Papan(Perumahan).
2). Pemerataan pembangian pendapatan.
3). Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
4). Pemerataan kesempatan kerja
5). Pemerataan kesempatan berusaha
6). Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi
     generasi muda dan wanita.
7). Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air
8). Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.
         Dengan pemerataan ini ditujukan untuk terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat           dan bangsa Indonesia. Dan tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat bangsa Indonesia.
7.      Dualisme dalam beberapa Aspek Kegiatan Ekonomi
          Sebelum Peran Dunia ke II, Perekonomian di Negara-negara berkembang, suatu keadaan dimana perkembangannya tidak mengalami perkembangan yang diharapkan untuk dapat menjamin peningkatan kesejahteraan masyarakat yang terus menerus. Pembangunan ekonomi di Negara-negara berkembang, mengalami masalah karena timbulnya beberapa jenis dualisme yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi atau keadaan ekonomi tidak mempunyai sifat yang seragam, secara tegas dualisme tersebut dibedakan dalam dua golongan.
1). Kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur yang
     bersifat tradisional.
2). Berbagai kegiatan ekonomi dan keadaan ekonomi yang dikuasai oleh unsur-unsur
     yang bersifat modrn.

Berdasarkan sifat dari keadaan dualisme, maka kita kenal jenis-jenis dualisme :
1.      Dualisme Sosial, yaitu di dalam masyarakat mungkin terdapat dua sitem sosial yang berbeda, misalnya sistem sosial yang berasal dari luar(import) dan juga berlaku sistem sosial pribumi.
2.      Dualisme Teknologi yaitu, suatu keadaan dimana di dalam suatu bidang kegiatan ekonomi tertentu digunakan teknik memproduksi dan organisasi produksi yang sangat berbeda coraknya sehingga mengakibatkan perbedaan produktivitas.
3.      Dualisme Financial, yaitu dinegara berkembang, di dalam masyarakat terdapat dua golongan yaitu terdapat pasar uang yang memiliki organisasi dan terdapat pula pasar yang tidak terorganisir.
4.      Dualisme Regional, yaitu Keadaan di dalam masyarakat adanya ketidak seimbangan diantara tingkat pembangunan di berbagai daerah dalam suatu Negara.
------------------------
Doa Penutup Majelis Ilmu (Kuliah)


سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنِتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

SUBHANAKALLAHUMMA WA-BHIHAMDIKA, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ASTAGHFIRUKA WA-ATUUBU ILAIK

( Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu) HR. at-Tirmisi, Abu Daud, An-Nasai. Ibnu Majah.